Selasa, 25 April 2017

BUMI REOG BERJOGET



Kabut Duka Terus menyelimuti Ponorogo, kedaan mencekam, was was, khawatir, ketakutan akan terus datangnya susulan bencana di Bumi reog membuat warga terus terjaga ketika hujan yang amat sering turun terlebih di malam hari, benacana tanah longsor, tanah retak dan banjir membuat warga terjaga dan siaga, baik yang di dataran tinggi dan rendah, begitupun yang tinggal di kota.

BENCANA TERPARAH TERANEH UNTUK TAHUN 2017 DI INDONESIA ini mungkin hanya terjadi tanggal 1 april 2017 di desa banaran pulung ponorogo jawa timur, pasalnya dari longsoran yang melompoat berkelok kelok dengan kedalaman 30 m, membuat badan penanggulangan bencana dari pusat tak percaya dan tidak menemukan sebab dan alurnya, hingga terjadi penghentian evakuasi yang baru dilaksanakan, sampai penarikan alat beratpun dilakukan, kunjungan di hari ke 2 bencana oleh menteri khofifah dan gubernur jatim pakde karwo yang menyumbangkan dana milyaran rupiahpun tak dapat membendung duka dan bencana susulan yang terjadi.





dengan jumlah korban seketika saat itu hampir 30 orang tertimbun tanah.

SEDANG BENCANA LAIN YANG TAK KALAH MENCEKAM ADA DI 4 KECAMATAN DI KABUPATEN PONOROGO
Empat Kecamatan Rawan Tanah Retak dalam Pantuan BPBD
Sekitar 115 Kepala Keluarga (KK) warga yang tinggal dan bermukim di lokasi rawan bencana tanah retak di Kabipaten Ponorogo hingga kini masih trauma dan was-was. Apalagi, saat ini memasuki musim penghujan. Selama ini peristiwa bencana tanah retak itu semakin melebar dan memanjang saat terkena air hujan. Akibatnya, warga yang tinggal di 4 wilayah kecamatan rawan bencana tanah retak mulai di Kecamatan Slahung, Ngebel, Sawoo, dan Kecamatan Sooko masih menyisahkan trauma besar bagi warganya.
Salah satunya kondisi itu dirasakan warga Dusun Krajan, Desa Tugurejo dan Desa Wates, Kecamatan Slahung. Puluhan warga korban bencana tanah retak hinggga kini sudah banyak membangun rumah baru. Ini menyusul paska adanya satu musala dan dua rumah warga dibongkar karena hancur diterjang tanah retak.
Begitu juga di Desa Tugurejo tiga rumah dibongkar dan dua rumah ditinggal penghuninya dengan membuat rumah baru di daerah yang dianggap lebih aman dari lokasi rawan retak.




"Siapa yang tidak takut dan was-was. Setiap musim hujan tanah makin bergerak. Retakan di rumah saya sudah dibongkar. Bangunan rumah kami kecilkan dari para pindah tetapi meski dicor tetapi tembok sekarang sudah mulai retak lagi," terang Supri anak Daimin yang setahun lalu rumah hancur karena retak kepada Surya, Rabu (17/12/2014).
Hal serupa disampikan Sigit (13) pelajar kelas 9 salah satu SMP di Slahung yang tak lain anak Lasno warga RT 01, RW 03, Dusun Krajan, Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung. Dia mengaku was-was saat turun hujan malam hari. Apalagi, rumah Lasno yang dulu retak di lantai tengah hingga selebar 15 sentimeter, sekarang sudah ditambal semen muncul retakan baru di lantai yang berbeda.
"Dulu retakan di tengah pintu lurus ke belakang. Kemudian ditambal. Sekarang muncul lagi disini. Sampai tembok rumah sudah retak. Retakan ini tak semakin mengecil tetapi semakin melebar," ungkap Sigit sembari menujukan bagian-bagian rumahnya yang retak.
Lebih parah lagi, kondisi yang dialami tiga KK yang harus memindahkan bangunan rumah dengan membuat rumah baru. Yakni keluarga Tukiyem, Slamet dan Paijo. Karena takut rumahnya roboh karena retakan tanah, mereka memilih pindah rumah dan meninggalkan rumah lamanya.
"Bu Tukiyem pindah di atas rumahnya beberapa meter, Pak Slamet (Ketua RT) pindah ke atas sekitar 100 meter dari rumah lamanya, saya meninggalkan rumah lama dan pindah ke rumah baru di atas dekat Pak Slamet. Kami trauma karena dulu, beberapa rumah rusak diterjang tanah retak yakni rumah saya, Daimin, Mislan, Jamiyo, Tukiyem, Kusno, Slamet dan Cipto," ujar Paijo sembari menunjukan bekas rumahnya yang hancur ditinggal meski sudah berlantai keramik dan bertembok cor.
Selain itu, Paijo menguraikan hingga kini, dirinya bersama warga lainnya yang tinggal di Dusun Krajan masih trauma dan was-was atas bencana tanah retak itu. Apalgi jika terjadi hujan terus menerus di malam hari.
"Beberapa rumah warga korban tanah retak tadi sudah diperbaiki, ada yang pindah dan ada yang dikecilkan untuk menghindari retakan. Kalau membangun rumah permanen yang bagus masih was-was takut membuang biaya percuma," tegasnya.
Sementara Kasi Pengendalian Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Ponorogo, Setyo Budiono dikonfirmasi terkait bencana tanah retak mengaku sudah memasang alat untuk antisipasi terjadinya bencana tanah retak sewaktu-waktu. Selain itu, meminta warga harus selalu waspada.
"Kami sudah pasang alat sensometer di beberapa titik area rawan tanah retak. Skala prioritasnya Kecamatan Slahung, Sooko dan Kecamatan Sawoo. Sementara untuk Desa Talun, Kecamatan Ngebel dianggarkan Tahun 2015 pembeliat alat pendeteksi tanah retak dan longsor itu," ucapnya.
Kini, kata mantan Humas Pemkab Ponorogo ini, keempat wilayah kecamatan yang dinyatakan rawan bencana tanah retak sudah data. Hasilnya Desa Talun, Kecamatan Ngebel jumlah korban terdampak 20 KK, untuk Kecamatan Sawoo sebanyak 25 KK, Kecamatan Slahung untuk Desa Wates 30 KK dan Desa Tugurejo 15 KK serta di Kecamatan Sooko sebanyak 30 KK terdampak.
"Semua lokasi itu menjadi perhatian petugas. Kami selalu memprioritaskan lokasi rawan itu. Apalagi, kerugiannya material saat terjadi tanah retak itu tahun lalu mencapai Rp 200 juta sampai Rp 300 juta," ungkapnya.
Sedangkan Kepala Satuan Pelaksana (Satlak) BPBD Pemkab Ponorogo Siswanto mengaku pihaknya sudah mengantisipasi terjadinya korban bencana tanah retak dengan memberlakukan desa tangguh di empat wilayah kecamatan rawan bencana tanah retak itu. Menurunya, Desa Tangguh dibentuk agar saat terjadi bencana retak atau longsor sewaktu-waktu segera melapor ke desa, kecamatan, polisi atau Koramil hingga ke BPBD Pemkab Ponorogo.
"Disarankan segera mengungsi mencari tempat aman. Untuk melihat terjadinya bencana tanah retak warga harus sering diberi pelatihan dan sosialisasi termasuk melihat sumber air keruh warga harus waspada serta kami sarankan menanam pohon yang berakar kuat dan kokoh untuk menahan tanah. Termasuk beberapa waktu lalu kami kirim pohon dari Dinas Pertanian, Kehutanan serta Lingkungan Hidup ke sejumlah wilayah rawan itu," pungkasnya.






Foto : Ratusan Kepala Keluarga (KK) warga di wilayah Kecamatan Slahung, Ngebel, Sawoo, dan Sooko yang menjadi langganan tanah retak semakin was-was memasuki musim penghujan layaknya warga Desa Tugurejo dan Desa Wates yang kini rumahnya mulai retak-retak dan sebagian dibongkar karena ancaman retakan tanah setahun lalu, Rabu (17/12/2014)

Tanah Retak Terjadi di Badegan Ponorogo, 285 Penduduk Diungsikan
Tanah retak terjadi di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo. 285 Penduduk di desa tersebut diungsikan ke tempat yang lebih aman.

"Kami mendapatkan informasi dari badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Ponorogo dan Provinsi Jawa Timur, bahwa ada retakan tanah di Desa Dayakan," kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Kamis (6/4/2017).

Retakan tanah di perbukitan di Desa Dayakan ini lebarnya hingga 1 meter dengan kedalaman sekitar 300 meter. Sedangkan ketinggian bukit sekitar 300 meter.
Tanah Retak Terjadi di Badegan Ponorogo, 285 Penduduk DiungsikanFoto: Istimewa
Retakan tanah tersebut membuat masyarakat terdampak yang sebanyak 56 kepala keluarga (KK) dan terdiri dari 285 jiwa, harus diungsikan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

"Kan belum lama ini terjadi longsor di Dukuh Tangkil, Desa Banaran Kecamatan Pulung. Kita tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan," tuturnya.

Wagub yang disapa Gus Ipul ini mengimbau kepada masyarakat setempat untuk tidak terlalu panik. "Patuhi petunjuk dari petugas dan perangkat desa," jelasnya.

Desa Dayakan, Kecamatan Badegan ini terletak sekitar 22 kilometer dari barat pusat kota Ponorogo, Jawa Timur. Wilayah tersebut berbatasan dengan Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sedangkan lokasi bencana longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, yakni sekitar 33 kilometer (KM) timur kota Ponorogo. 
Marilah kita Berbenah akan diri masing masing dan berdoa semoga bencana ini segera berlalu....
Ya Alloh, jauhkanlah kami dari bendu bencana, segala macam kesusahan, segaja kekejian, segala jenis tipu daya, segala fitnah, segala penyakit luar biasa yang tidak terdeteksi, segala kepersekutuan ghaib jahat, segala bencana goncangan bumi dan langit, hilangnya penjagaan dan perlindugan MU, hilangya cahaya Hidayah Mu, dari hukum yang tidak adil, dari duri dan racun, dan limpahkanlah Kasihsayang Mu yang benar kepada kami
Allohummaksif nganna minal balaai, wal wabaai, wal fahsaai wa dhorooi, walfitnati, wathonguni, wajami‟il amrodhi, wal zalzalati, warroihi, walbarqi, wassaili, walghorqi, maalaayaksifuhul ghoiruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar